Pendahuluan
Dalam buku “SERAT TUNTUNAN SULUK” (Kodirun : 1964) dijelaskan bahwa “suluk” adalah semacam puisi atau sanjak, berasal dari kata “su” (indah, lebih) dan “luk” (suara), sehingga artinya suara yang indah.
Suluk dalam pedalangan di sini mencakup : pathetan, sendhon dan ada-ada. Secara praktis catatan suluk ini –yang menurut istilah Ki Kristiaji, S.Sn seorang praktisi Omah Wayang Klaten-, dibagi menurut wilayah waktunya yang dikenal dengan tiga wilayah waktu. Pertama, Pathet Nem. Kedua, Pathet Sanga. Ketiga, Pathet Manyura. Sekedar contoh yang secara praktis digunakan dalam satu pagelaran pakeliran semalam suntuk dengan merujuk pada materi pembelajaran di Omah Wayang Klaten, baik dalam bentuk teks (cakepan), teks beserta notasi (titi laras), maupun audio, sebagai berikut…. Selengkapnya ….