TUNTUNAN

PANDU, GANDAMANA DAN ARYA SUMAN

Tiga tokoh ini menjadi fokus dalam lakon Gandamana Tundung atau

Gandamana Luweng. Pada intinya meskipun Pandu merupakan sosok pertapa, berbudi luhur, bijaksana, dan penuh panduwibawa, tetapi ia termakan tipudaya Arya Suman, adik ipar Destarastra kakak Pandu sendiri. Sehingga atas dasar tipu daya penuh kelicikan Arya Suman perang antara Hastina dan Pringgandani terjadi dan puncaknya Pandu mengambil kebijakan melengserkan Gandamana dari kedudukan sebagai patih dan mengangkat Arya Suman sebagai gantinya. Kemudian terkenallah sebutan patih Sengkuni.

Gandamana sebagai ksatria rela berkorban hingga tetes darah terakhir untuk membela negara dan menjunjung tinggi kehormatan Pandu sebagai pimpinannya. Siapa yang sanggup menghadapi kenyataan seperti Gandamana. Ia mengalami penderitaan terperangkap masuk ke dalam luweng (galian sumur) ketika habis-habisan melawan musuh, pasukan negara Pringgandani di bawah pimpinan Prabu Trembuku, tetapi oleh Arya Suman dilaporkan bahwa Gandamana sebagai penghianat, membelot kepada musuh, gila materi, dan fitnahan-fitnahan lain yang sangat menyakitkan pribadi Gandamana. Maka Gandamana menghajar habis-habisan Arya Suman. Seluruh tubuh Arya Suman rusak terutama bagian wajah dan tangannya. Sehingga sosok penampilannya yang semula tampan menjadi jelek termasuk suaranya. Bagaimanapun tindakan Gandamana ini salah menurut pranata Negara karena termasuk main hakim sendiri yang menyebabkan ia dilengserkan kedudukannya sebagai patih oleh Pandu.

Dengan lapang dada Gandamana melepaskan kedudukannya, lalu kembali ke negara asalnya, Pancalaradya. Sedangkan Patih Sengkuni belum puas juga dengan telah berhasil menduduki jabatan patih di atas penderitaan orang lain. Maka jika era ini boleh dikatakan sebagai era “Sumanisme”, pada era selanjutnya merupakan era “Sengkunisme” yang sasaran utamanya adalah bagaimana memusnahkan para Pandawa.

Tuntunan yang dapat dipetik :

  1.  Seorang pemimpin harus memiliki berbagai nilai lebih, termasuk dalam perilaku luhur dan menjadi contoh orang yang dipimpinnya.
  2. Seseorang meskipun telah memiliki berbagai nilai lebih, terutama seorang pemimpin, harus tetap waspada terhadap segala tipu daya terutama yang dilakukan oleh lingkungan keluarganya sendiri, lebih-lebih yang dapat mempengaruhi kebijakan yang mengorbankan hak-hak orang lain.
  3. Fitnah, adu domba, licik, dan sejenisnya merupakan perilaku tercela dan harus dihindari jauh-jauh karena akan merugikan orang lain dan merusak kehidupan bersama.
  4. Sabar dan tidak  menuruti hawa nafsu sendiri meskipun berat adalah lebih baik akibatnya dalam kehidupan.

6 comments on “TUNTUNAN

  1. benar sekali bahwa pemimpin harus cerdas akal, emosional juga spiritual. bila tidak, maka banyak musuh menghadang didepan kita dan siap melumatnya sampai habis.

  2. Nuwun sewu….nderek nyela……..sak untawis. .sejatos ipun .lak nggih sampun trep lan jumbuh to kalih Motto nipun ” Wayang kulit tuntunan dalam tontonan ” niku ngelmune jero sanget…lhooo…..maknanipun..jembar sanget.. ngluwihi….jembare jagat……,wallaaaah nek di kupas seminggu urung entek…mas…???……saya setuju dan mendukung sama mas Hasysa….Maju terus…..!!!! …ning kabeh Tumandang nopo kemawon niku tergantung Niat ipun….. titik.

    wosipun ……..
    wonten tetembungan poro winasis …….
    ” Yen Manungso iku hamung sa dremo….Lire…Ing lahir tansah hangudi karti , nyawiji ing Budi, Cipto, Roso, Karso lan Karyo. ……….. nanging ing batin tansah hangesthi Gusti……..mulo….ojo ndisik i kerso “……..Maturnuwun mas Hasysa…..mugi barokah.

Tinggalkan komentar